I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kol atau kubis merupakan
tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang
dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang
dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.
Mulanya
kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang
pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai
Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa
kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke
Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil
bijinya.
1.2. Sentra Penanaman
Kol banyak ditanam di
dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu,
Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga,
Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain
di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi
beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah.
1.3. Jenis Tanaman
Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae
c) Klas : Dicotyledonae
d) Famili : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea
Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul:
1. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.)
1. Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil
sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras
atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul
kubis putih kepala bulat:
- Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman
- Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman
- Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman
- K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman
- Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman
- Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman
2. Kubis kepala bulat runcing: Krop kubis berbentuk bulat dengan
ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh
varietas komersial:
- Early Jersey Wakefield: umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
- Green point: umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman
3. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian
atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang
kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar
yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial
adalah:
- Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
- Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
- O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
- Kubis 632 Spring Light: umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
2. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan
luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai
ekonomi:
- Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
- Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
- Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
3. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi,
berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis
ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas
komersial:
- Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
- Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
- Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman.
- Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman.
Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.).
1.4. Manfaat Tanaman
Sebagai
bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel,
lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain.
Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan
ringan dan makanan cepat saji lainnya.
Di bidang kesehatan, dapat
digunakan sebagai pencegah dan obat sariawan, penyakit beri-beri,
penyakit Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka
pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan radang lidah,
kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang
dan gigi.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
1. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi
tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu)
mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara
terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik
terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada
oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2. Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.
3. Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga
memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang
membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan
diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan
naungan.
4. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat
C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan
varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu
lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (<3> 9),
merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
4. Kandungan air tanah yang
baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan
demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi
maupun drainase).
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman kubis dapat
tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas dataran
tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih harus bebas hama dan penyakit.
c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80%.
f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
3.1.2. Penyiapan Benih
Penyiapan
benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara
penyiapan adalah sebagai berikut:
1. Sterilisasi benih, dengan
merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau
dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
2. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
3. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha.
Benih
harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan.
Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker).
Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau
polybag kecil.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Hal yang
perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1)
tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang
merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3)
dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penyemaian di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat
bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan.
Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan
perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik,
jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m
di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam
0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada
cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam
bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik
dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10
cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung
diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan
perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan
petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan
kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar,
memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke
lahan.
2. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan
cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat
dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau
daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag
kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran
tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media
semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara
55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan
formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan.
Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G
(40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup
dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan
diangin-anginkan (10-15 hari).
3. Kombinasi cara a) dan b).
Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.
4. Penanaman langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah
waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah
perawatan yang lebih intensif.
Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
2. Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
3. Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00
dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu
panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
3. Penyiangan dilakukan
terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit,
dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh
disela-sela tanaman pokok.
4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah
semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan.
Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan
digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol,
Dithane, Hostathion dan lain-lain.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Pemindahan
dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari
benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6
helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28
hari.
Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak
akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara
membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan
jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit
keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa,
bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
2. Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Lahan
sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya.
Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan
organiknya untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.
Tanah
digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm,
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu,
dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi
kesempatan oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
3.2.2. Pembuatan Bedengan
Bedengan
dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan
panjang tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan ± 40 cm
(parit pembuangan air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).
3.2.3. Pengapuran
Fungsi
untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro
maupun mikro. Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya
antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain:
Captan (calcit) dan Dolomit.
3.2.4. Pemupukan
Bedengan siap
tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan
Kalium, yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax
atau Borate 10-20 kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5
kg per tanaman.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Penentuan
pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas
tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu
larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama
sisi; pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan
ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena
didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.
3.3.3. Cara Penanaman
1. Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00
atau sore hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari
dan temperatur tidak terlalu tinggi.
2. Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
3. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama
dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan
terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit
dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk
secara perlahan hingga bibit keluar dari polybag.
4. Bila disemai
dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya menggambil
bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
5. Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus
sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.
6. Siram bibit dengan air sampai basah benar.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan
dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6
minggu atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari
(semaian stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak
dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur
tanaman yang pendek (2-3 bulan).
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila
terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak
sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak
dilakukan.
3.4.3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersama
penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan
ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian
bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
3.4.4. Perempelan
Perempelan
cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga
tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan
terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan
susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman
dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong
pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis
3-5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4
minggu dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum
optimal dapat dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Waktu
pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim
kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase
awal pertumbuhan dan pembentukan bunga.
3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk
pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau
secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk
penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis
tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi.
Jenis dan dosis
pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam
tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama
tersebut.
3.4.8. Pemeliharaan Lain
Hal-hal yang penting dalam merawat tanaman adalah:
1. Menghindari pelukaan pada tanaman karena luka pada tanaman
merupakan salah satu jalan yang efektif dalam penularan penyakit dan
sangat disukai oleh hama.
2. Dalam pemupukan, pupuk tidak boleh mengenai tanaman dan harus selalu diikuti dengan penyiraman.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Dikenal dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud
keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu
(Jawa). Ciri: (1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara;
(2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah
titik kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan
daun sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam; (3) telurnya berbentuk oval,
ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek dan
menetas ± 3 hari; (4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar
1 mm, mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil
berwarna coklat keabu-abuan; (5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan
siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa tanaman, atau hinggap
dibawah permukaan daun bawah. Gejala: (1) biasanya menyerang pada musim
kemarau; (2) daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti
jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja; (3) umumnya
menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang
membentuk bunga. Pengendalian: (1) mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan
telurnya, kemudian dihancurkan. (2) Kultur teknik: pergiliran tanaman
(rotasi) dengan tanaman yang bukan famili Cruciferae; pola tumpang sari
brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung; dengan tanaman perangkap
(trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp. Oleifera Metg. (3)
Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia
plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun
predatornya. (4) Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan.
Bentuk sex pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8
cm. Cara penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua,
kemudian dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari
tanaman. Daya tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan tiap hektar kebun
memerlukan 5-10 buah perangkap.(5) Kimiawi: menyemprotkan insektisida
selektif berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP,
Bactospeine WP, Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%,
Agrimec 18 FC, pada konsentrasi 1-2 cc/liter.
2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri: (1) siklus hidup
22-32 hari, tergantung suhu udara; (2) ulat berwarna hijau, pada
punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm,
berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara
berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah; (3) menyerang
tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: sama dengan ulat
Prutella, parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp.
3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa).
Ciri: (1) siklus hidup 6-8 minggu; (2) kupu-kupu ataupun ulatnya
aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah
daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat). Gejala: memotong titik
tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada
siang hari tampak layu. Pengendalian: (1) mekanis: mencabut ulat-ulat
tanah dan membunuhnya; (2) kultur teknis: pembersihan kebun dari
rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan tempat bertelur hama
tanah; (3) kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan
insektisida.Campuran dari 125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak,
0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk tanaman seluas 0,25-0,5
hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman pada senja dan
malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter
air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali
seminggu.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Hidup berkelompok
dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi semacam
tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan
selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga
berbintik-bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau.
Pengendalian: menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40
EC 1-2 cc/liter air.
5. Ulat daun
Misalnya ulat jengkal
(Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis
orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri: (1)
Ulat-ulat jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan
melipat dua bila merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan
berpita warna muda pada tiap sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna
coklat keabu-abuan dan berbintik-bintik berwarna perak pada setiap
sayap depannya, telur berwarna putih kehijau-hijauan diletakkan di bawah
daun dan menetas dalam 3-20 hari. (2) Chrysodzeixis chalcites Esp. dan
Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik
keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur berukuran kecil berwarna
keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok. Larva
berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya menjengkal.
(3) Ulat-ulat grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik
segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya
dengan siklus hidup 30-61 hari. Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan
garis agak putih pada sayap depan. Telurnya berjumlah 25-500 butir
diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan
bulu-bulu. Gejala: daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal
urat-urat daunnya saja. Pengendalian: (1) mengatur pola tanam; (2)
menjaga kebersihan kebun; (3) penyemprotan insektisida seperti Orthene
75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau
Decis 2,5 EC; (4) khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena
(Ugratas Merah); (5) bila terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat
digunakan Ugratas Biru.
6. Bangsa siput
Bangsa siput yang
biasa menyerang antara lain: (1) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang
mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot; (2) Vaginula
bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan;
(3) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang
berwarna coklat kekuningan. Gejala: menyerang daun terutama saat baru
ditanam dikebun. Pengendalian: dengan menyemprotkan racun Helisida atau
dengan dikumpulkan lalu dihancurkan dengan garam atau untuk makanan
ternak.
7. Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus).
Gejala: menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat
banyak lubang di dalam tanah. Pengendalian: dengan insektisida atau
menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar.
8. Orong-orong.
Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang
diserang adalah sistem perakaran tanaman. Gejala: pertumbuhan terhambat
dan daun menguning. Pengendalian: pemberian insektisida ke liang.
3.5.2. Penyakit
1. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
Penyebab: bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne),
dan dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya.
Gejala: (1) tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal
terjadi pada kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara
sistematik; (2) bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang,
tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang; (3) gejala khas daun
kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu mengering. Batang
atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau
coklat, sehingga kurang layak dipanen. Pengendalian: (1) memberikan
perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub
poin penyiapan benih; (2) pembersihan kebun dari tanaman inang
alternatif; (3) rotasi tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak
sefamili.
2. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
Penyebab: bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu
masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan. Gejala: (1)
luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen; (2) luka akar tanaman
scara mekanis, serangga atau organisme lain; (3) luka saat panen; (4)
penanganan atau pengepakan yang kurang baik. Pengendalian: (1) Pra
panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami;
menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu
pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim
hujan di daerah basis penyakit busuk lunak. (2) Pasca panen: menghindari
luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen; menyimpan hasil
panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air bersih, harus
dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam membawa
atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka
atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara
baik.
3. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae. Gejala: (1) pada siang
hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari
daun tampak segar kembali; (2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil
dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati; (3) akar bengkak dan
terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian: (1) memberi perlakuan pada
benih seperti poin penyiapan benih; (2) menyemai benih di tempat yang
bebas wabah penyakit; (3) melakukan sterilisasi media semai ataupun
tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60
gram/m2untuk kebun; (4) melakukan pengapuran untuk menaikkan pH; (5)
mencabut tanaman yang terserang penyakit; (6) pergiliran atau rotasi
tanaman dengan jenis yang tidak sefamili
4. Bercak hitam (Alternaria sp.)
Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola.
Gejala: (1) bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris
konsentris pada daun; (2) menyerang akar, pangkal batang, batang maupun
bagian lain. Pengendalian: (1) menanam benih yang sehat; (2) perlakuan
benih seperti pada poin penyiapan benih.
5. Busuk lunak berair
Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan
daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat
menyebar melalui biji dan spora. Gejala: (1) pertumbuhan terhambat,
membusuk lalu mati; (2) bila menyerang batang, maka daun akan menguning,
layu dan rontok; (3) bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan
berlendir; (4) gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna
putih dan lama-kelamaan menjadi hitam. Pengendalian: (1) gunakan biji
sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis. (2)
pemberantasan dengan insektisida.
6. Semai roboh (dumping off)
Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp. Gejala: (1)
bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil; (2) pangkal
batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus; (3)
menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di
lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media
semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan.
7. Penyakit Fisiologis
Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit
fisiologis. Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau
disebut "Botoning". Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran
kecil. Kekurangan Kalium massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan
ukurannya mengecil. Kelebihan Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil.
Pengendalian: dengan pemupukan yang berimbang.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).
a) Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
b) Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
c) O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
d) Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
e) Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
f) Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1.2 kg/tanaman.
g) Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1.8-2 kg/tanaman.
h) K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
i) Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
j) Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman.
Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut:
a) Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis.
b) Daun berwarna hijau mengkilap.
c) Daun paling luar sudah layu.
d) Besar krop kubis telah terlihat maksimal.
3.6.2. Cara Panen
Pemetikan
yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan
krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah
dalam memetik kubis:
a) Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik.
b) Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagianpangkal batang kubis.
c)
Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian
dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena infeksi patogen.
3.6.3. Periode Panen
Broccoli merupakan tanaman sekali panen, sehingga periode panen sama dengan periode tanam.
3.6.4. Prakiraan Produksi
Produksi
kubis bergantung dengan varietas. Secara umum per tanaman menghasilkan
0,75-4 Kg, daerah tadah hujan dengan pemeliharaan semi intensif 25-35
ton per hektar dan dengan pemeliharan intensif 85 ton per hektar.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah
dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena
sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga
didapatkan kubis yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan
dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran
untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau
rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya.
Penggolongan
bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan
seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk,
keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan
kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum.
a) Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
b) Homoginetas bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Homogenitas ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
d) Kepadatan krop: mutu I=padat; mutu II=kurang padat.
e) Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5%; mutu II=2,5%.
f) Kubis cacat maksimum: mutu I=5%; mutu II=10%.
g) Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 cm; mutu II=2,5 cm.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan
kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar
air. Pada suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92-95%, kubis dapat
disimpan 4-6 bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar
air rendah) dengan kehilangan berat sebesar 10%.
3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan
perlu dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan
kapasitas 25-30 kg/peti.
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Gambaran Peluang Agribisnis
Melihat
banyaknya manfaat kubis dalam kesehatan bagi masyarakat, dan ditunjang
harga yang murah, maka potensi pasar untuk kubis sangat terbuka. Peluang
pasar komoditi ini tidak hanya terbatas didalam negeri, namun juga
telah menjangkau ke beberapa negara lain seperti taiwan, Malaysia,
Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman dan lain-lain. Hal ini ditunjukkan
dengan peningkatan volume ekspor kubis dari 16.107 ton dengan nilai US$
218.000 pada tahun 1987 hingga mencapai 28.625 ton (US$3.867.028) pada
tahun 1991(Biro Pusat Statistik, 1991).
Melihat kenyataan diatas,
dapat diperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan terhadap
komoditi ini dari tahun ke tahun, apalagi jika melihat kenyataan
peningkatan jumlah penduduk dunia, sehingga peluang pasar komoditi ini
masih sangat besar.
Tetapi kondisi perekonomian seperti sekarang
ini membuat pengembangan komoditi ini terganggu bahkan menurun. Hal ini
terjadi karena meningkatnya biaya produksi akibat meningkatnya harga
pupuk dan pestisida dan terjadinya over produksi yang tidak diikuti
dengan upaya untuk mempertahankan kondisi komoditi untuk sasaran ekspor.
Dari
analisis budidaya tampak jelas keuntungan yang diraih sangat besar
(1994), pada kondisi sekarang terjadi penurunan keuntungan yang cukup
besar (bandingkan data tahun 1994 dengan perkiraan 1999). Kondisi ini
membuat banyak petani meninggalkan komoditi ini. Tetapi pada kondisi
normal komoditi ini sangan komersial.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan kol/kubis.
5.2. Diskripsi
Standar mutu kubis/kol tercantum pada Standar Nasional Indonesia SNI 01-317-19921.
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
b) Keseragaman bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
d) Kepadatan: mutu I=padat; mutu II=kurang padat .
e) Warna: mutu I=hijau ; mutu II=agak kuning.
f) Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5 %; mutu II=2,5 %.
g) Kadar cacat maksimum: mutu I=5,0 %; mutu II=10,0 %.
h) Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 %; mutu II=2,5 %.
5.4. Pengambilan Contoh
Pengambilan
contoh satu partai/lot maksimumn 1000 kemasan. Contoh diambil secara
acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot seperti berikut ini.
a) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1 sampai 100, jumlah contoh 5.
b) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101 sampai 300, jumlah contoh 7.
c) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301 sampai 500, jumlah contoh 9.
d) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501 sampai 1000, jumlah contoh 10.
5.5. Pengemasan
Kubis
disajikan dalam bentuk untuh dan segar dikemas dalam keranjang bambu
yang berpengyangga dengan berat netto 10 kg, 5 kg atau 20 kg, atau kotak
karton dengan berat netto 10-20 kg.
Pengemasan produk biasanya
dilakukan dengan polyetiline yang diberi lubang-lubang kecil. Kemasan
krop ini kemudian dimasukkan ke dalam doos karton atau keranjang
plastik.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Anonymous. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
b) Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
c) Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. D), Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
d) Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Home »
» TANAMAN KOL
TANAMAN KOL
Penulis : takengon bisnis on Kamis, 15 November 2012 | 13.24
tulisan serupa:
Ike mera ayon email mu kini kati dor demu berita terbaru ari kami click here, ike mera oyape.